Senin, Oktober 13, 2008

Demand USD Susut, Rupiah Bisa Pulih Kembali

Setelah sepekan lalu dilanda suasana suram, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) pekan ini diperkirakan cenderung mendatar (flat). Pekan lalu, kurs rupiah sempat melemah dan menembus Rp 10.000 per USD. Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, peluang rupiah untuk rebound cukup besar. Hal ini mengingat ada banyak sentimen akhir pekan lalu. Di antaranya, pemangkasan suku bunga The Fed. ''Suku bunga rupiah lebih tinggi dibandingkan suku bunga negara-negara lain, khususnya Fed Fund Rate yang hanya 1,5 persen,'' ujarnya kemarin (12/10). ''Permintaan USD juga sudah makin berkurang,'' tambahnya. Selain itu, dia menyebut sejumlah faktor global juga diharapkan meredakan pasar. "Negara-negara G-7 sepakat untuk menyelesaikan krisis global secara bersama-sama,'' katanya. Bahkan, G-7 menggandeng G-20 guna koordinasi menyelesaikan masalah. Sentimen positif juga diharapkan datang dari lantai bursa. Buyback sejumlah emiten diharapkan mampu mengerek kembali indeks. ''Saat ini harga saham-saham sudah murah, investor seharusnya rasional membeli (buy on weakness),'' tuturnya. Terlepas dari faktor-faktor tersebut, dia mengaku, sikap investor menjadi kunci. ''Yang penting, pelaku pasar harus mengedepankan rasionalitas ketimbang kepanikan yang justru akan merugikan diri sendiri,'' jelasnya. Rupiah diprediksi berada di posisi support Rp 9.450 per USD, dan resistance di level Rp 9.550. Secara terpisah, pengamat pasar uang Farial Anwar menilai kemampuan bank sentral mengawal rupiah sangat diuji. ''Kita menunggu seberapa jauh kemampuan BI mengintervensi pasar,'' ujarnya. Dalam rezim devisa bebas seperti saat ini, kata dia, kondisi global jelas akan berimbas ke tanah air. Itu pula yang membuat rupiah terus lunglai. ''Jangan sampai rupiah tembus level Rp 10.000 per USD. BI harus kerja keras melakukan intervensi,'' tuturnya.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger